MitluphVa

Minggu, 28 Agustus 2011

8 Peristiwa Anomali Alam Yang Luar Biasa

Ganggang Merah
Sebenarnya banyak ganggang bersel tunggal yang tumbuh deras warna merah di perairan pesisir dan menyebabkan warna merah di permukaan air. Banyak dari alga ini tidak berbahaya, tetapi kenyataannya adalah bahwa mereka meningkatkan zat beracun di laut, menyebabkan kematian ratusan ikan, burung dan mamalia. Pada saat yang sama, manusia juga memiliki cara tidak langsung fenomena ini, yang semakin memburuk dampak ekologis di pantai dan ini tercermin dalam maritim dan sektor ekonomi.

Lubang biru di Bahama

Ini "lubang besar" tiba-tiba tenggelam ke laut. Saat aku melihat dari udara, warna biru padat menunjukkan adanya kegelapan dalam dan ditembus, terutama kontras dengan air di sekitar mereka. Mereka penyelam yang telah menginjak itu puluhan meter, telah menemukan bahwa pada kedalaman ini, kekurangan serius tingkat oksigen dan bahwa ada kehidupan selain hanya kekurangan arus laut.

Meskipun demikian, tempat itu memiliki kepentingan ilmiah sangat tinggi, dan sejauh ini telah ditemukan dalam puluhan fosil kuno remote. Ini "lubang" besar ditemukan di Belize, Bahama lubang biru lebih dalam, sekitar 400m timur Belize memiliki beberapa 123m.

Kolom basal di Kepulauan Canary

Pada pendinginan, aliran lava tebal dibuat di sebuah sudut vertikal terhadap arah arus, menghasilkan sosok geometris aneh. Ini adalah proses yang menghasilkan kolom basaltik bentuk heksagonal biasa dan kesempurnaan hampir buatan. Di antara yang paling terkenal adalah "Giant's Causeway di Irlandia dan" Devil's Tower "di AS, tetapi tidak mengurangi dari" Bodies "di pulau La Gomera di Kepulauan Canary.

Batu-batu yang bergerak sendiri di Death Valley, AS

Dalam Death Valley terkenal di Amerika Serikat ada sebuah fenomena tunggal, batu-batu ini tampak melayang di atas gurun tandus yang dulunya lumpur. Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah berteori penjelasan yang masuk akal untuk ini anomali, di mana sebuah batu beratnya beberapa kilo dapat melakukan perjalanan beberapa ratus meter "saja."

Banyak yang percaya bahwa gerakan ini adalah karena angin yang kuat, tapi itu tidak menjelaskan bahwa batuan dari ukuran yang berbeda dan berat bergerak dengan paralel kecepatan dan arah yang berbeda. Selain itu, perhitungan fisika tidak mendukung teori ini, karena untuk beberapa batu akan diperlukan untuk memindahkan kecepatan angin ratusan kilometer per jam lebih tinggi. Angin dapat memindahkan batu-batu kecil, tapi bagaimana Anda bergerak beberapa puluhan kilo?.

Lingkaran Es

Fenomena sedikit diketahui, namun berkat Internet menyebar komunikasinya. Rupanya para ilmuwan berspekulasi bahwa lingkaran sempurna dari es yang dibentuk oleh pusaran air alami di dalam air untuk naik ke permukaan lingkaran bentuk yang sempurna pada permukaan es.

Sejauh ini ada lingkaran diameter yang berbeda dan di berbagai belahan dunia, kadang-kadang bahkan tidak lingkaran tunggal, tapi beberapa di antaranya didistribusikan di seluruh permukaan air. Terbesar tercatat memiliki diameter 150 meter.

Awan mammatus

Kemunculannya adalah pertanda akan terjadi badai besar Tampilan jenis ini aneh awan adalah pertanda menyenangkan kedatangan badai berat atau cuaca buruk. Awan ini kebanyakan berisi kristal es dapat diperpanjang dalam ratusan kilometer garis dapat diukur. Beberapa formasi awan ini bisa tetap statis bahkan untuk 10-15 menit.

Rainbow Fire

Mereka sangat sulit untuk melihat kondisi untuk pembentukan mereka Probabilitas mengamati salah satu pelangi aneh sangat rendah. Apakah disebabkan oleh konvergensi langka dari sinar matahari dalam beberapa awan harus memiliki posisi tertentu.

Dengan merefleksikan sinar matahari, kristal es dalam awan menghasilkan sinar terlihat spektrum yang berbeda. Karena sangat biasa melihat gambar-gambar dari fenomena ini tidak terlalu populer dan dapat mengambil snapshot sangat beruntung.

Striped Icebergs

Gunung es di daerah Antartika kadang-kadang memiliki garis yang dibentuk oleh lapisan salju yang bereaksi dalam kondisi yang berbeda. garis biru sering dibuat ketika celah di lapisan es diisi dengan perpaduan dari air membeku sangat cepat sehingga tidak ada bentuk gelembung.

Ketika gunung es jatuh ke laut, lapisan air laut asin dapat membekukan bagian bawah. Jika ini kaya alga, dapat membentuk garis hijau. Coklat, hitam dan kuning adalah warna garis yang disebabkan oleh sedimen dikumpulkan saat mengisap es turun ke laut.
READ MORE - 8 Peristiwa Anomali Alam Yang Luar Biasa

Jumat, 19 Agustus 2011

Ternyata Benua Atlantis pas pada posisi Indonesia sekarang...

atlantis-indonesia-map-3.jpg MUSIBAH alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh hingga yang mutakhir semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu
mengingatkan kita pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal sebagai Benua Atlantis. Apakah ada hubungan antara Indonesia dan
Atlantis?
Plato (427 – 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi
berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa,
pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian
permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang
hilang atau Atlantis.
atlantis-indonesia-map.jpgPenelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato‘s Lost Civilization (2005). santos-atlantis.jpgSantos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Konteks Indonesia
Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah Nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saaitu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.
Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantaibenua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, ”Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.
Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat  mengatasinya. ***
Penulis, Direktur Kehormatan International Institute of Space Law
(IISL), Paris-Pranc
is
Benua Atlantis &
Peradaban Awal Umat Manusia
Ada di Indonesia ?

Pengantar

JAKARTA, Republika, Sabtu, 18 Juni 2005
– Para peneliti AS menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia. Hingga kini cerita tentang benua yang hilang ‘Atlantis’ masih terselimuti kabut misteri. Sebagian orang menganggap Atlantis cuma dongeng belaka, meski tak kurang 5.000 buku soal Atlantis telah ditulis oleh para pakar.
Bagi para arkeolog atau oceanografer moderen, Atlantis tetap merupakan obyek menarik terutama soal teka-teki dimana sebetulnya lokasi sang benua. Banyak ilmuwan menyebut benua Atlantis terletak di Samudera Atlantik.
Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS) bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.

”Para peneliti AS ini menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia,” kata Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Umar Anggara Jenny, Jumat (17/6), di sela-sela rencana gelaran ‘International Symposium on The Dispersal of Austronesian and the Ethnogeneses of the People in Indonesia Archipelago, 28-30 Juni 2005.
Kata Umar, dalam dua dekade terakhir memang diperoleh banyak temuan penting soal penyebaran dan asal usul manusia. Salah satu temuan penting ini adalah hipotesa adanya sebuah pulau besar sekali di Laut Cina Selatan yang tenggelam setelah zaman es.
Hipotesa itu, kata Umar, berdasarkan pada kajian ilmiah seiring makin mutakhirnya pengetahuan tentang arkeologimolekuler. Tema ini, lanjutnya, bahkan akan menjadi salah satu hal yang diangkat dalam simposium internasional di Solo, 28-30 Juni.
Menurut Umar, salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis — jika memang benar — adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.
Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya ‘benua Atlantis’, bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru.
Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), Harry Truman Simanjuntak, mengakui memang ada pendapat dari sebagian pakar yang menyatakan bahwa benua Atlantis terletak di Indonesia. Namun hal itu masih debatable.
Yang jelas, terang Harry, memang benar ada sebuah daratan besar yang dahulu kala bernama Sunda Land. Luas daratan itu kira-kira dua kali negara India. ”Benar, daratan itu hilang. Dan kini tinggal Sumatra, Jawa atau Kalimantan,” terang Harry. Menurut dia, sah-sah saja para ilmuwan mengatakan bahwa wilayah yang tenggelam itu adalah benua Atlantis yang hilang, meski itu masih menjadi perdebatan.

READ MORE - Ternyata Benua Atlantis pas pada posisi Indonesia sekarang...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...